BISKUIT JAGUNG PULUT YANG DIFORTIFIKASI DENGAN BEE POLEN SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL BAGI PENDERITA DM.
Perubahan gaya hidup dan pola konsumsi
pangan masyarakat berdampak terhadap peningkatan penyakit degenerative seperti
Diabetes Mellitus (DM). Peningkatan kasus diabetes mellitus terbilang sangat
pesat di kawasan ASEAN, tak terkecuali di Indonesia. Memilih
makanan yang tidak menaikkan kadar gula darah secara drastis merupakan salah
satu upaya untuk menjaga kadar gula darah pada taraf normal (Karyadi,2002). Kandungan serat pangan pada jagung memegang
peranan penting dalam memelihara kesehatan dan pencegahan berbagai penyakit. Serat pangan merupakan salah satu
komponen pangan fungsional yang dewasa ini mendapat perhatian masyarakat luas. Tujuan tulisan ini untuk (1) Menambah nilai komoditas jagung pulut
melalui inovasi sebagai pangan fungsional dalam bentuk biskuit. (2) Membantu
penderita DM mendapatkan pangan fungsional yang mudah dibawa kemana-mana dan
dapat dikonsumsi sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
Jagung pulut adalah salah satu varitetas
jagung yang banyak dibudidayakan di Sulawesi selatan dan dikonsumsi dengan
berbagai bentuk olahan makanan untuk diversifikasi pangan dalam mendukung
kemandirian pangan.Olahan jagung pulut ini dapat dibuat berbagai jenis makanan
seperti binte, baro’bo, jagung goreng/marning, jagung rebus, jagung bakar dan
sebagai bahan pembuatan kue.Jagung pulut lebih banyak diminati dibandingkan
dengan varietas yang lain, karena rasanya lebih pulen dan enak. Oleh karena
itu, prospek pengembangan olahan jagung pulut menjadi pangan fungsional sangat
besar.
Biskuit merupakan salah satu jenis
olahan makanan yang disenangi karena enak, manis dan renyah. Biskuit merupakan
makanan kering yang tergolongmakanan panggang atau kue kering. Biskuit
merupakan produk kering yangmempunyai daya awet yang tinggi, sehingga dapat
disimpan dalam waktuyang lama dan mudah dibawa dalam perjalanan, karena volume
dan beratnyayang relatif ringan akibat adanya proses pengeringan (Whiteley,
1971).
Jagung pulut yang merupakan salah satu
varitetas jagung dan banyak dibudidayakan di Sulawesi selatan serta dikonsumsi
dengan berbagai bentuk olahan makanan untuk diversifikasi pangan dalam
mendukung kemandirian pangan. Biskuit jagung pulut terbuat dari jagung pulut
sebagai bahan dasarnya yang ditambahkan bahan yang lain dengan mempertimbangkan
efeknya terhadap kadar gula darah. Fortifikasi dengan bee polen bertujuan
sebagai sumber energi bagi penderita DM yang biasanya lebih cepat mengalami
keletihan akibat terganggunya metabolism tubuh dalam pembentukan energi.
Biskuit jagung pulut terbuat dari jagung pulut sebagai bahan dasarnya
yang ditambahkan bahan yang lain dengan mempertimbangkan efeknya terhadap kadar
gula darah. Komposisi kimia jagung pulut terdiri dari kadar air 11,12 %, kadar
abu 1,99, protein 9,11 %, serat kasar 3,02%, lemak 4,97% dan karbohidrat
72,81%. Dibandingkan dengan varietas yang lain, jagung pulut memiliki kandungan
amilopektin lebih tinggi. Amilopektin merupakanpolisakarida bercabang, dengan
ikatan glikosidik α-1,4 pada rantai lurusnyadan ikatan α-1,6 pada
percabangannya. Komposisi amilosa dan amilopektindi dalam biji jagung
terkontrol secara genetik dan berpengaruh terhadap sifatsensoris jagung,
terutama tekstur dan rasa.Pada prinsipnya, semakin tinggikandungan amilopektin
semakin lunak tekstur, semakin pulen dan enak rasajagung.Komposisi tersebut
juga berpengaruh terhadap sifat amilografinya(Suarni dan Sujak 2005; Suarni et
al. 2007; Richana et al. 2010).
Biskuit
jagung pulut yang difortifikasi dengan bee pollen dapat menjadi salah satu
hasil pengolahan jagung pulut dalam bentuk pangan fungsional yang menjadi
sumber karbohidrat, asam amino dan sumber energy bagi
penderita DM.
Komentar
Posting Komentar